PENGENALAN PASKIBRAKA
1. Pengertian
dan Dasar
Pengertian
Paskibraka (Pasukan Pengibar Bendera
Pusaka) merupakan satu pasukan pemuda dari seluruh Indonesia yang mewakili
propinsi dengan jumlah 54 orang, bertugas mengibarkan dan menurunkan Bendera
Pusaka,atau pemuda Perwakilan daerah Tingkat I (propinsi) dan Daerah Tingkat II
(Kabupaten/Kota) untuk bertugas didaerahnya masing-masing.
Dasar
1)
Rasa
senasib, sepenanggungan dan seperjuangan
2)
Rasa
persaudaraan dan kekeluargaan
3)
Rasa
persatuan dan kesatuan menuju pertahanan dan ketahanan
2. Sejarah
Pembentukan Paskibraka
Pengibar Bendera Pusaka yang pertama
adalah Bapak Latief Hendradiningrat
dan Suhud S. menjelang HUT
Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-2, Presiden Soekarno memanggil salah
satu ajudannya yaitu Bapak Mayor (L)
Hussein Mutahar untuk bertugas menyiapkan dan memimpin upacara peringatan
HUT Ke-2 Kemerdekaan Republik Indonesia di halaman istana Presiden Gedung Agung
Jogyakarta tanggal 17 Agustus 1946.
Gagasan yang ada dalam benak beliau
adalah bahwa untuk menumbuhkan rasa persatuan bangsa, maka pengibar bendera
sebaiknya dilakukan oleh para pemuda se-Indonesia. Kemudian Beliau memilih 5
(lima) Pemuda sebagai simbol Pancasila,3 orang putri dan 2 orang putra. Salah
satunya adalah Titik Dewi pelajar
SMA Sumatera Barat yang tinggal di Jogyakarta. Formasi pegibaran tersebut
dilakukan pada tahun 1947 dan tahun 1948.
Peringatan
HUT Kemerdekaan Republik Indonesia untuk pertama kalinya dilaksanakan di Istana
Negara Jakarta tanggal 17 Agustus 1950 yang mana kemudian regu-regu pengibaran
bendera ditentukan dan diatur oleh Rumah Tangga Kepresidenan.
Tanggal
5 Agustus 1966 Bapak Husein Mutahar diangkat menjadi Direktur
Jendral Urusan Pemuda dan Latihan Pandu Indonesia (Ditjen UDAKA) ,yang salah
satu kegiatanya erat kaitanya dengan Paskibraka kelak adalah Latihan Pandu
Indonesia ber-Pancasila. Ke-khas-an dari
latihan ini adalah metode pendidikan dan pelatihanya yang menggunakan sistem
Pendekatan Keluarga Bahagia. Yang diterapkan secara nyata dalam gambaran DESA
BAHAGIA. Didalam kehidupan Desa Bahagia para peserta latihan (Warga Desa)
diajak dan berperan serta menghayati kehidupan sehari-hari berisi
acara penghayatan dan pengamalan
Pancasila. Dimulai dengan penerimaan warga Desa, pemilihan lurah dengan
perangkat desa, musyawarah desa, malam renungan jiwa, dan upacara pengukuhan,
dilakukan secara unik dan penuh semangat kekeluargaan.
Tahun
1967, Bapak H. Mutahar dipanggil oleh presiden Soeharto untuk kembali menangani
Pengibaran Bendera Pusaka. Dengan ide dasar dari pelaksanaan tahun 1946 di
yogyakarta, Beliau kemudian mengembangkan lagi formasi pengibaran menjadi 3
kelompok, yaitu :
Kelompok
17 (Pengiring/pemandu)
Kelompok
8 (Inti/Pembawa)
Kelompok
45 (Pengawal)
Formasi ini melambangkan tanggal
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17-8-1945.
Tahun 1967 sampai dengan 1972 angota
yang terlibat dalam pengibaran bendera pusaka disebut PASEREKA (Pasukan Pengerek Bendera Pusaka). Pada tahun 1973 Bapak Idik Sulaeman melontarkan nama PASKIBRAKA (Pasukan Pengibar Bendera
Pusaka) untuk mengganti nama Pasereka, dan Nama Paskibraka inilah yang dipakai
hinga sekarang.
BENDERA MERAH PUTIH PUSAKA
1. Pengertian
Bendera
adalah lambang kedaulatan-lambang kemerdekaan. Dimana Negara yang memiliki dan
mengibarkan bendera sendiri berarti Negara itu bebas mengatur segala bentuk
aturan negaranya.
Menurut WJS. Purwadarminta, bendera
adalah sepotong kais segi empat atau segi tigadiberi tongkat (tiang)
dipergunakan sebagai lambang, tanda, panji, Dsb.
2. Sejarah Bendera
Merah Putih
Bangsa
Indonesia purba ketika masih bertempat didaratan asia Tenggara + 6000
tahun yang lalu menganggap matahari dan bulan merupakan benda langit yang
sangat penting dalam perjalanan hidup manusia. Penghormatan terhadap benda
langit itu disebut penghormatan Surya Candra.
Bangsa Indonesia purba menghubungkan
Matahari dengan warna merah dan bulan dengan warna putih. Akibat dari
penghormatan surya candra, bangsa Indonesia sangat menghormati warna merah dan
putih. Kedua warna tersebut melambangkan kehidupan., Yaitu:
Merah melambangakan darah, ciri
manusia yang masih hidup. Putih melambangkan getah, ciri tumbuhan yang masih
hidup. Warna merah putih dianggap lambang keagungan, kesaktian dan kejayaan.
3. Tatakrama,
Larangan, Ancaman Hukuman
Tatakrama
1) Tidak boleh
menyentuh tanah
Logika
: Bendera akan kotor
Kiasan
: Tanah merupakan tempat berpijak, maka apabila bendera menyentuh tanah,
seolah-olah menginjak-injak bendera.
2) Tidak boleh
dibawa balik kanan
Kiasan
: Karena Negara dianggap seperti mundur (mengalami kemunduran)
3) Larangan
Ø Pada
saat dikibarkan atau dibawa tidak boleh menyentuh ketanah, air atau benda lain
Ø Bendera
kebangsaan tidak boleh dipasang sedemikian rupa sehingga mudah kotor atau
terkoyak.
Ø Tidak
boleh dipakai sebagai atap, langit-langit, pembungkus barang, reklame
perdagangan dengan cara apapun.
Ø Tidak
boleh digambar, dicetak atau disulam pada barang-barang yang pemakaiannya
kurang mengandung penghormatan.
4) Ancaman
hukuman
Bagi
yang melanggar ketentuan diatas maka dianggap pelanggaran dan diancam hukuman
kurung selama-lamanya tiga bulan atau denda.
5) Sejarah
bendera merah putih pusaka.
Bendera pusaka dikibarkan pertama
kali hari jum’at pukul 10.00 tanggal 17 Agustus 1945 di jalan pegangsaan timur
no. 56 Jakarta.pertama dikibarkan oleh latief
Hendradiningrat, Suhud.S, dan Sukani Trimurti.
Bendera pusaka dibuat dengan jahitan
tangan ibu Fatmawati dari kain sutra alam Indonesia. Kain merah dari taplak
meja dan kain putih dari muqena. Berukuran 275 X 185 cm.
Bendera pusaka dikibarkan siang dan
malam ditangah hujan tembakan sampai ibukota Republik Indonesia dipindahkan ke
Yogyakarta.
Pada
tanggal 4 Januari 1946 karena aksi teror yang dilakukan Belanda semakin
meningkat, presiden dan wakil presiden Republik Indoesia dengan menggunakan
kreta api meninggalkan Jakarta dan menuju Yogyakarta.
Bendera pusaka dibawa ke Yogyakarta
dan dimasukan kedalam koper pribadi Presiden Soekarno. Selanjutnya ibu kota RI
dipindahkan ke Yogyakarta.
Tanggal 19 Desember 1948, belanda
melancarkan agresinya yang kedua. Pada saat istana Presiden Gedung Agung
Yogyakarta dikepung oleh belanda, Bapak Husein Mutahar dipanggil oleh presiden
Soekarno dan ditugaskan untuk menyelamatkan Bendera Pusaka.Penyelamatan Bendera
Pusaka ini merupakan salah satu bagian dari sejarah utuk menegakan berkibarnya
Sang Saka Merah Putih di Persada Bumi Indonesia. Untuk menyelamatkan Bendera
Pusaka itu, terpaksa Bapak Husein Mutahar memisahkan antara bagian merah dan
putihnya.
Untuk mengetahui saat-saat
penyelamatan bendera pusaka, maka terjadilah percakapan yang merupakan
perjanjian pribadi antara Presiden Soekarno dan Bapak Husein Mutahar yang
terdapat dalam buku Bung Karno”Penyambung Lidah Rakyat”karangan Cindy Adam :
“Tindakanku yang terakhir adealah
memanggil Mutahar ke kamarku (presiden soekarno.Pen). apa yang terjadi terhadap
diriku, aku sendiri tidak tahu” kataku ringkas.”dengan ini aku memberi tugas
kepadamu pribadi. Dalam keadaan apapun juga, aku memerintahkan kepadamu untuk
menjaga Bendera Kita dengan nyawamu. Ini tidak boleh jatuh ketangan musuh.
Disatu waktu, jika tuhan mengijinkan engkau mengembalikannya kepadaku sendiri
dan kepada siapapun kecuali orang yang gugur dalam menyelamatkan Bendera ini,
percayakanlah tugasmu kepada Orang lain dan ia harus menyerahkannya ketanganku
sendiri sebagaimana engkau mengerjakanya”. Mutahar terdiam. Ia memejamkan
matanya dan berdo’a. disekelilig kami bom berjatuhan. Tentara belanda terus
mengalir melalui setiap jalan kota. Tanggung jawabnya sungguh berat. Akhirnya
ia memecahkan kesulitan dengan mencabut benang jahitan yang memisahkan kedua
belah dari bendera itu”.
Akhirnya dengan bantuan Ibu Perna
Dinata benang jahitan diantara Bendera Pusaka yang telah dijahit tangan oleh
Ibu Fatmawati Soekarno berhasil dipisahkan. Setelah Bendera Pusaka dipisahkan
menjadi dua maka masing-masing bagian yaitu Merah dan Putih dimasukan pada
dasar koper milik Bapak Husein Mutahar, selanjutnya pada kedua tas tersebut
dimasukan seluruh pakaian dan perlengkapan miliknya. Bendera pusaka ini
dipisahkan menjadi dua karena Bapak Mutahar mempunya pemikiran bahwa apabila
Bendera Pusaka dipisahkan maka tidak dapat disebut bendera, karena hanya berupa
dua cari kain Merah dan putih. Halini untuk menghindari penyitaan dari pihak
Belanda.
Setelah Presiden Soekarno dan wakil
presiden Moh.Hatta ditangkap dan diasingkan, kemuadian Bapak Husein Mutahar dan
beberapa staf kepresidenan juga ditangkap dan diangkut dengan pesawat Dakota.
Ternyata mereka dibawa ke Semarang dean ditahan disana. Pada saat jadi tahanan
kota, Bapak Husein Mutahar berhasil melarikan diri dengan naik kapal laut
menuju Jakarta.
Di Jakarta beliau menginap dirumah
Bapak Sutan Syahrir, selanjutnya kos dijalan pegangsaan timur 43 dirumah Bapak
Raden Said Sukanto Tjokrodiatmodjo (Kapolri I). selama Di Jakarta Bapak Hesein
Mutahar selalu mencari informasi bagaimana caranya agardapat segera menyerahkan
Bendera Pusaka kepada Presiden Soekarno.
Sekitar pertengahan bulan Juni 1948,
pada pagi hari Bapak Husein Mutahar menerima pemberitahuan dari bapak Sudjono
yang tinggal di Orange Bouleverd ( sekaranbg Jalan Diponegoro ) Jakarta, isi
pemberitahuan itu adalah bahwa ada surat pribadi dari Presiden Soekarno Untuk
Bapak Husein Mutahar pada sore harinya surat itu diambil dan ternyata memang
benar dari Presiden soekarno kepada Bapak Husein Mutahar supaya menyerahkan
Bendera Pusaka kepada Bapak Soedjono, selanjutnya bendera pusaka tersebut
dibawa dan diserahkan kepada Presiden soekarno di Bangka ( Muntok).
Presiden Soekarno tidak
memerintahkan Bapak Husein Mutahar dating ke bangka untuk menyerahkan sendiri
Bndera Pusaka kepada beliau, tetapi menggunakan perantara Bapak soedjono untuk
menjaga kerahasiaan perjalanan Bendera Pusaka dari Jakarta ke Bangka.
Sebab Orang-orang Republik Indonesia
dari Jakarta jangan diperbolehkan mengunjungi tempat pengungsian Presiden
Soekarno Hanyalah warga-warga delegasi RI antara lain Bapak Soedjono, sedangkan
bapak Husein Mutahar bukan warga delegasi RI.
Setelah mengetahui tanggal
keberangkatan bpak Soedjono kebangka maka dengan meminjam mesin jahit milik
seorang istri Dokter, Bendera pusaka dijahit kembali oleh Bapak Husein Mutahar
persis dilubang bekas jahitan aslinya. Tetapi diujung bendera sekitar 2 Cm ada
kesalahan jahit. Selanjutnya Bendera Pusaka dibungkus dengan kertas Koran dan
diserahkan kepada Bapak Soedjono untuk diserahkan kepada Presiden Soekarno dengan Bapak Husein Mutahar
seperti yang dijelaskan diatas.
Dengan diserahkannya Bendera Pusaka
keoada orang yang diperintahkan Bung Karno maka selesaialah tugas menyelamatkan
Bendera Pusaka oleh Bapak Husein Mutahar.
Sebagai penghargaan atas jasa
penyelamatan Bendera Pusaka yang dilakukan oleh Bapak Husein Mutahar pemerintah
RI telah menganugrahkan Bintang Mahaputra pada tahun 1961 yang disematkan
sendiri oleh Presiden Soekarno.
Tahun 1969 karena Bendera Pusaka
kondisinya sudah terlalu tua hingga tidak mungkin lagi untuk dikibarkan, maka
dibuatlah duplikat Bendera Pusaka. Untuk dikibarkan ditiang Tujuh belas meter
istana Merdeka, telah tersedia bendera merah putih dari bahan bendera (wool)
yang dijahit tiga potong memanjang kain putih kekuning-kuningan.
Bendera merah putih duplikat Bendera
Pusaka yang akan dibagi kedaerah idealnya terbuat dari sutra alam dean alat
tenun asli Indonesia, yang warna merah dan putih ditenun menjadi satu tanpa
dihubungkan dengan jahitan dan warna merahnya cat celup asli Indonesia.
Pembuatan Duplikat Bendera Pusaka
ini dilaksanakan oleh Balai Penelitian Tekstil Bandung dengan dibantu PT Ratna
di ciawi Bogor. Dalam praktek pembuatan duplikat Bendera Pusaka, sukar memenuhi
syarat yang ditentukan oleh Bapak Husein Mutahar, karena cat asli Indonesia
Tidak memiliki warna merah bendera yang standard an pembuatan dengan alat tenun
bukan mesin akan lama.
Tanggal 5 Agustus 1969 di Istana
Negara Jakarta berlanmgsung upacara penyerahan duplikat Bendera Pusaka Merah
putih dan Reproduksi Naskah Proklamasi oleh Presiden Soeharto kepada Gubernur
atau Kepala daerah tingkat II seluruh
Indonesia dan perwakilan RI di luar negeri.
Bendera duplikat (yang dibuat dari 6
carik kain) mulai dikibarkan menggantikan Bendera Pusaka pada peringatan hari
ulang tahun Proklamasi Kemerdekaan RI Tanggal 17 Agustus 1969 di istana Merdeka
Jakarta, sedangkan Bendera Pusaka bertugas mengantar dan mejemput Bendera
Duplikat yang dikibarkan/diturunkan.
6) Ciri-ciri
bedera pusaka dan duplikat pusaka.
Ciri
Bendera Pusaka
1.
Terbuat dari
kain Sutra alam Indonesia
2.
Terdapat
percikan darah diujung kanan atas warna putih
3.
Berukuran
275 X 185 cm
4.
Dijahit
dengan jahitan tangan Ibu Fatmawati Soekarno
5.
Terdapat
Kesalahan jahitan sepanjang 2 cm.
Ciri
Bendera Duplikat Pusaka
1.
Terbuat dari
kain katun Inggris
2.
Berukuran
200 X 300 cm
3.
Dibuat oleh
balai Penelitian Tekstil Bandung dibantu oleh PT Ratna Di Ciawi, Bogor Jawa
Barat.
4.
Warna Merah
dan putih disatukan tanpa jahitan, sehingga terdiri dari tiga Bidang merah dan
tiga bidang putih kekuning-kuningan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar