Sabtu, 12 Juli 2014

Sejarah Pembentukan Paskibra dan Sejarah Bendera Merah Putih

PENGENALAN PASKIBRAKA

1.    Pengertian dan Dasar
*    Pengertian
Paskibraka (Pasukan Pengibar Bendera Pusaka) merupakan satu pasukan pemuda dari seluruh Indonesia yang mewakili propinsi dengan jumlah 54 orang, bertugas mengibarkan dan menurunkan Bendera Pusaka,atau pemuda Perwakilan daerah Tingkat I (propinsi) dan Daerah Tingkat II (Kabupaten/Kota) untuk bertugas didaerahnya masing-masing.
*    Dasar
1)      Rasa senasib, sepenanggungan dan seperjuangan
2)      Rasa persaudaraan dan kekeluargaan
3)      Rasa persatuan dan kesatuan menuju pertahanan dan ketahanan

2.    Sejarah Pembentukan Paskibraka
Pengibar Bendera Pusaka yang pertama adalah Bapak Latief Hendradiningrat dan Suhud S. menjelang HUT Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-2, Presiden Soekarno memanggil salah satu ajudannya yaitu Bapak Mayor (L) Hussein Mutahar untuk bertugas menyiapkan dan memimpin upacara peringatan HUT Ke-2 Kemerdekaan Republik Indonesia di halaman istana Presiden Gedung Agung Jogyakarta tanggal 17 Agustus 1946.
Gagasan yang ada dalam benak beliau adalah bahwa untuk menumbuhkan rasa persatuan bangsa, maka pengibar bendera sebaiknya dilakukan oleh para pemuda se-Indonesia. Kemudian Beliau memilih 5 (lima) Pemuda sebagai simbol Pancasila,3 orang putri dan 2 orang putra. Salah satunya adalah Titik Dewi pelajar SMA Sumatera Barat yang tinggal di Jogyakarta. Formasi pegibaran tersebut dilakukan pada tahun 1947 dan tahun 1948.
             Peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia untuk pertama kalinya dilaksanakan di Istana Negara Jakarta tanggal 17 Agustus 1950 yang mana kemudian regu-regu pengibaran bendera ditentukan dan diatur oleh Rumah Tangga Kepresidenan.
             Tanggal 5 Agustus 1966 Bapak  Husein Mutahar diangkat menjadi Direktur Jendral Urusan Pemuda dan Latihan Pandu Indonesia (Ditjen UDAKA) ,yang salah satu kegiatanya erat kaitanya dengan Paskibraka kelak adalah Latihan Pandu Indonesia ber-Pancasila. Ke-khas-an  dari latihan ini adalah metode pendidikan dan pelatihanya yang menggunakan sistem Pendekatan Keluarga Bahagia. Yang diterapkan secara nyata dalam gambaran DESA BAHAGIA. Didalam kehidupan Desa Bahagia para peserta latihan (Warga Desa) diajak dan berperan serta menghayati kehidupan sehari-hari berisi
acara penghayatan dan pengamalan Pancasila. Dimulai dengan penerimaan warga Desa, pemilihan lurah dengan perangkat desa, musyawarah desa, malam renungan jiwa, dan upacara pengukuhan, dilakukan secara unik dan penuh semangat kekeluargaan.
             Tahun 1967, Bapak H. Mutahar dipanggil oleh presiden Soeharto untuk kembali menangani Pengibaran Bendera Pusaka. Dengan ide dasar dari pelaksanaan tahun 1946 di yogyakarta, Beliau kemudian mengembangkan lagi formasi pengibaran menjadi 3 kelompok, yaitu :
Kelompok 17 (Pengiring/pemandu)
Kelompok 8 (Inti/Pembawa)
Kelompok 45 (Pengawal)
Formasi ini melambangkan tanggal Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17-8-1945.
Tahun 1967 sampai dengan 1972 angota yang terlibat dalam pengibaran bendera pusaka disebut PASEREKA (Pasukan Pengerek Bendera Pusaka). Pada tahun 1973 Bapak Idik Sulaeman melontarkan nama PASKIBRAKA (Pasukan Pengibar Bendera Pusaka) untuk mengganti nama Pasereka, dan Nama Paskibraka inilah yang dipakai hinga sekarang.


BENDERA MERAH PUTIH PUSAKA

1.    Pengertian
Bendera adalah lambang kedaulatan-lambang kemerdekaan. Dimana Negara yang memiliki dan mengibarkan bendera sendiri berarti Negara itu bebas mengatur segala bentuk aturan negaranya.
Menurut WJS. Purwadarminta, bendera adalah sepotong kais segi empat atau segi tigadiberi tongkat (tiang) dipergunakan sebagai lambang, tanda, panji, Dsb.
2.    Sejarah Bendera Merah Putih
Bangsa Indonesia purba ketika masih bertempat didaratan asia Tenggara + 6000 tahun yang lalu menganggap matahari dan bulan merupakan benda langit yang sangat penting dalam perjalanan hidup manusia. Penghormatan terhadap benda langit itu disebut penghormatan Surya Candra.
Bangsa Indonesia purba menghubungkan Matahari dengan warna merah dan bulan dengan warna putih. Akibat dari penghormatan surya candra, bangsa Indonesia sangat menghormati warna merah dan putih. Kedua warna tersebut melambangkan kehidupan., Yaitu:
Merah melambangakan darah, ciri manusia yang masih hidup. Putih melambangkan getah, ciri tumbuhan yang masih hidup. Warna merah putih dianggap lambang keagungan, kesaktian dan kejayaan.
3.    Tatakrama, Larangan, Ancaman Hukuman
Tatakrama
1)    Tidak boleh menyentuh tanah
Logika  : Bendera akan kotor
Kiasan : Tanah merupakan tempat berpijak, maka apabila bendera menyentuh tanah, seolah-olah menginjak-injak bendera.
2)    Tidak boleh dibawa balik kanan
Kiasan : Karena Negara dianggap seperti mundur (mengalami kemunduran)
3)    Larangan
Ø  Pada saat dikibarkan atau dibawa tidak boleh menyentuh ketanah, air atau benda lain
Ø  Bendera kebangsaan tidak boleh dipasang sedemikian rupa sehingga mudah kotor atau terkoyak.
Ø  Tidak boleh dipakai sebagai atap, langit-langit, pembungkus barang, reklame perdagangan dengan cara apapun.
Ø  Tidak boleh digambar, dicetak atau disulam pada barang-barang yang pemakaiannya kurang mengandung penghormatan.
4)    Ancaman hukuman
Bagi yang melanggar ketentuan diatas maka dianggap pelanggaran dan diancam hukuman kurung selama-lamanya tiga bulan atau denda.
5)    Sejarah bendera merah putih pusaka.
Bendera pusaka dikibarkan pertama kali hari jum’at pukul 10.00 tanggal 17 Agustus 1945 di jalan pegangsaan timur no. 56 Jakarta.pertama dikibarkan oleh latief  Hendradiningrat, Suhud.S, dan Sukani Trimurti.
Bendera pusaka dibuat dengan jahitan tangan ibu Fatmawati dari kain sutra alam Indonesia. Kain merah dari taplak meja dan kain putih dari muqena. Berukuran 275 X 185 cm.
Bendera pusaka dikibarkan siang dan malam ditangah hujan tembakan sampai ibukota Republik Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta.
Pada tanggal 4 Januari 1946 karena aksi teror yang dilakukan Belanda semakin meningkat, presiden dan wakil presiden Republik Indoesia dengan menggunakan kreta api meninggalkan Jakarta dan menuju Yogyakarta.
Bendera pusaka dibawa ke Yogyakarta dan dimasukan kedalam koper pribadi Presiden Soekarno. Selanjutnya ibu kota RI dipindahkan ke Yogyakarta.
Tanggal 19 Desember 1948, belanda melancarkan agresinya yang kedua. Pada saat istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta dikepung oleh belanda, Bapak Husein Mutahar dipanggil oleh presiden Soekarno dan ditugaskan untuk menyelamatkan Bendera Pusaka.Penyelamatan Bendera Pusaka ini merupakan salah satu bagian dari sejarah utuk menegakan berkibarnya Sang Saka Merah Putih di Persada Bumi Indonesia. Untuk menyelamatkan Bendera Pusaka itu, terpaksa Bapak Husein Mutahar memisahkan antara bagian merah dan putihnya.
Untuk mengetahui saat-saat penyelamatan bendera pusaka, maka terjadilah percakapan yang merupakan perjanjian pribadi antara Presiden Soekarno dan Bapak Husein Mutahar yang terdapat dalam buku Bung Karno”Penyambung Lidah Rakyat”karangan Cindy Adam :
“Tindakanku yang terakhir adealah memanggil Mutahar ke kamarku (presiden soekarno.Pen). apa yang terjadi terhadap diriku, aku sendiri tidak tahu” kataku ringkas.”dengan ini aku memberi tugas kepadamu pribadi. Dalam keadaan apapun juga, aku memerintahkan kepadamu untuk menjaga Bendera Kita dengan nyawamu. Ini tidak boleh jatuh ketangan musuh. Disatu waktu, jika tuhan mengijinkan engkau mengembalikannya kepadaku sendiri dan kepada siapapun kecuali orang yang gugur dalam menyelamatkan Bendera ini, percayakanlah tugasmu kepada Orang lain dan ia harus menyerahkannya ketanganku sendiri sebagaimana engkau mengerjakanya”. Mutahar terdiam. Ia memejamkan matanya dan berdo’a. disekelilig kami bom berjatuhan. Tentara belanda terus mengalir melalui setiap jalan kota. Tanggung jawabnya sungguh berat. Akhirnya ia memecahkan kesulitan dengan mencabut benang jahitan yang memisahkan kedua belah dari bendera itu”.
Akhirnya dengan bantuan Ibu Perna Dinata benang jahitan diantara Bendera Pusaka yang telah dijahit tangan oleh Ibu Fatmawati Soekarno berhasil dipisahkan. Setelah Bendera Pusaka dipisahkan menjadi dua maka masing-masing bagian yaitu Merah dan Putih dimasukan pada dasar koper milik Bapak Husein Mutahar, selanjutnya pada kedua tas tersebut dimasukan seluruh pakaian dan perlengkapan miliknya. Bendera pusaka ini dipisahkan menjadi dua karena Bapak Mutahar mempunya pemikiran bahwa apabila Bendera Pusaka dipisahkan maka tidak dapat disebut bendera, karena hanya berupa dua cari kain Merah dan putih. Halini untuk menghindari penyitaan dari pihak Belanda.
Setelah Presiden Soekarno dan wakil presiden Moh.Hatta ditangkap dan diasingkan, kemuadian Bapak Husein Mutahar dan beberapa staf kepresidenan juga ditangkap dan diangkut dengan pesawat Dakota. Ternyata mereka dibawa ke Semarang dean ditahan disana. Pada saat jadi tahanan kota, Bapak Husein Mutahar berhasil melarikan diri dengan naik kapal laut menuju Jakarta.
Di Jakarta beliau menginap dirumah Bapak Sutan Syahrir, selanjutnya kos dijalan pegangsaan timur 43 dirumah Bapak Raden Said Sukanto Tjokrodiatmodjo (Kapolri I). selama Di Jakarta Bapak Hesein Mutahar selalu mencari informasi bagaimana caranya agardapat segera menyerahkan Bendera Pusaka kepada Presiden Soekarno.
Sekitar pertengahan bulan Juni 1948, pada pagi hari Bapak Husein Mutahar menerima pemberitahuan dari bapak Sudjono yang tinggal di Orange Bouleverd ( sekaranbg Jalan Diponegoro ) Jakarta, isi pemberitahuan itu adalah bahwa ada surat pribadi dari Presiden Soekarno Untuk Bapak Husein Mutahar pada sore harinya surat itu diambil dan ternyata memang benar dari Presiden soekarno kepada Bapak Husein Mutahar supaya menyerahkan Bendera Pusaka kepada Bapak Soedjono, selanjutnya bendera pusaka tersebut dibawa dan diserahkan kepada Presiden soekarno di Bangka ( Muntok).
Presiden Soekarno tidak memerintahkan Bapak Husein Mutahar dating ke bangka untuk menyerahkan sendiri Bndera Pusaka kepada beliau, tetapi menggunakan perantara Bapak soedjono untuk menjaga kerahasiaan perjalanan Bendera Pusaka dari Jakarta ke Bangka.
Sebab Orang-orang Republik Indonesia dari Jakarta jangan diperbolehkan mengunjungi tempat pengungsian Presiden Soekarno Hanyalah warga-warga delegasi RI antara lain Bapak Soedjono, sedangkan bapak Husein Mutahar bukan warga delegasi RI.
Setelah mengetahui tanggal keberangkatan bpak Soedjono kebangka maka dengan meminjam mesin jahit milik seorang istri Dokter, Bendera pusaka dijahit kembali oleh Bapak Husein Mutahar persis dilubang bekas jahitan aslinya. Tetapi diujung bendera sekitar 2 Cm ada kesalahan jahit. Selanjutnya Bendera Pusaka dibungkus dengan kertas Koran dan diserahkan kepada Bapak Soedjono untuk diserahkan kepada  Presiden Soekarno dengan Bapak Husein Mutahar seperti yang dijelaskan diatas.
Dengan diserahkannya Bendera Pusaka keoada orang yang diperintahkan Bung Karno maka selesaialah tugas menyelamatkan Bendera Pusaka oleh Bapak Husein Mutahar.
Sebagai penghargaan atas jasa penyelamatan Bendera Pusaka yang dilakukan oleh Bapak Husein Mutahar pemerintah RI telah menganugrahkan Bintang Mahaputra pada tahun 1961 yang disematkan sendiri oleh Presiden Soekarno.
Tahun 1969 karena Bendera Pusaka kondisinya sudah terlalu tua hingga tidak mungkin lagi untuk dikibarkan, maka dibuatlah duplikat Bendera Pusaka. Untuk dikibarkan ditiang Tujuh belas meter istana Merdeka, telah tersedia bendera merah putih dari bahan bendera (wool) yang dijahit tiga potong memanjang kain putih kekuning-kuningan.
Bendera merah putih duplikat Bendera Pusaka yang akan dibagi kedaerah idealnya terbuat dari sutra alam dean alat tenun asli Indonesia, yang warna merah dan putih ditenun menjadi satu tanpa dihubungkan dengan jahitan dan warna merahnya cat celup asli Indonesia.
Pembuatan Duplikat Bendera Pusaka ini dilaksanakan oleh Balai Penelitian Tekstil Bandung dengan dibantu PT Ratna di ciawi Bogor. Dalam praktek pembuatan duplikat Bendera Pusaka, sukar memenuhi syarat yang ditentukan oleh Bapak Husein Mutahar, karena cat asli Indonesia Tidak memiliki warna merah bendera yang standard an pembuatan dengan alat tenun bukan mesin akan lama.
Tanggal 5 Agustus 1969 di Istana Negara Jakarta berlanmgsung upacara penyerahan duplikat Bendera Pusaka Merah putih dan Reproduksi Naskah Proklamasi oleh Presiden Soeharto kepada Gubernur atau Kepala  daerah tingkat II seluruh Indonesia dan perwakilan RI di luar negeri.
Bendera duplikat (yang dibuat dari 6 carik kain) mulai dikibarkan menggantikan Bendera Pusaka pada peringatan hari ulang tahun Proklamasi Kemerdekaan RI Tanggal 17 Agustus 1969 di istana Merdeka Jakarta, sedangkan Bendera Pusaka bertugas mengantar dan mejemput Bendera Duplikat yang dikibarkan/diturunkan.
6)    Ciri-ciri bedera pusaka dan duplikat pusaka.
Ciri Bendera Pusaka
1.      Terbuat dari kain Sutra alam Indonesia
2.      Terdapat percikan darah diujung kanan atas warna putih
3.      Berukuran 275 X 185 cm
4.      Dijahit dengan jahitan tangan Ibu Fatmawati Soekarno
5.      Terdapat Kesalahan jahitan sepanjang 2 cm.
Ciri Bendera Duplikat Pusaka
1.      Terbuat dari kain katun Inggris
2.      Berukuran 200 X 300 cm
3.      Dibuat oleh balai Penelitian Tekstil Bandung dibantu oleh PT Ratna Di Ciawi, Bogor Jawa Barat.
4.      Warna Merah dan putih disatukan tanpa jahitan, sehingga terdiri dari tiga Bidang merah dan tiga bidang putih kekuning-kuningan.

Tidak ada komentar: